Langsung ke konten utama

Postingan

Persinggahanku | Part of Promise

​“Kamu tau gak kalo aku suka Bunga Mawar?” tanya Ann tiba-tiba dengan sedikit berteriak, karena suara angin dan jalanan, membuat suaranya tidak mudah didengar oleh Dimas, yang sedang mengemudikan motornya. “Apa? Bunga Mawar? Sejak kapan?” tanya balik Dimas dengan nada yang sama. Ann lebih mendekatkan telinganya ke depan. “Iya! Nanti, tolong bawain aku Bunga Mawar ya. Dipikir-pikir kamu gak pernah kasih aku Bunga.” Dimas melirik ke kaca spion kirinya. “Maaf ya aku gak tau kamu suka Bunga Mawar. Kamu mau dibawain kapan?” “Kalo aku udah gak ada di dunia,” jawab Ann yang membuat Dimas memperlambat laju motornya. Ann melanjutkan perkataannya, “nanti pegangnya hati-hati ya! Kamu kan ceroboh. Jangan sampe kamu kena durinya. Kalo sampe tangan kamu berdarah gara-gara duri Bunga Mawar, aku bakal marahin dia! Hahaha,” tawa Ann sambil mengencangkan lengannya yang melingkar di pinggang Dimas. Bahu Dimas dijadikannya tumpuan dagu. Ann tersenyum sambil memejamkan matanya. “Kenapa kamu masih bisa keta
Postingan terbaru

Haruskah Aku Menyerah?

 Pernah gak kamu bertemu seseorang yang sangat kamu yakini ketika suatu saat kamu kehilangan dia, mungkin kamu tidak bisa bertemu seseorang seperti dia lagi? Iya, misalnya kamu pernah tinggal di sebuah rumah yang sangat membuatmu nyaman, tapi rumah itu bukan milikmu, kamu hanya penyewa atau pihak kedua. Kemudian suatu hari pihak pertama atau si pemilik rumah asli itu memintamu untuk pindah dari rumahnya, dan ketika kamu pindah dari rumah itu kamu tidak bisa menemukan rumah senyaman rumah itu. Ini kali pertama dalam hidupku, bertemu seseorang yang aku yakini ketika aku melepaskan dia aku pasti tidak akan bisa bertemu orang seperti dia lagi. Semua bermula dari kekonyolan teman-temanku di kampus, mereka merencanakan 'Blind Date' untukku, kata mereka ya karena aku masih saja jomblo di tahun terakhir kuliahku. Padahal aku sendiri tidak masalah dengan hal itu. Karena bagiku, pertemuan dan jatuh cinta itu bukan sebuah kebetulan, semua perlu proses yang panjang. Aku tidak menerimanya,

Do you like me?

  Aku menjatuhkan tubuhku di kursi cafe sambil menghela nafas. "Makin mirip panda mata lo, begadang lagi?" tanya kamu sambil menyesap ice americano milikmu. Aku melirikmu dari ekor mataku, "gue udah dua hari tidur cuma dua jam, editor nerror mulu buat update." "Masih banyak?" "Novel pertama masih kurang 18 chapter, novel kedua sama ketiga masih kurang 38 chapter," kataku menghela nafas lalu memejamkan mata. Kamu ikut menghela nafas, sepertinya prihatin dengan keadaanku. Tak lama kamu melepas jaket yang kamu kenakan dibalik kaos hitammu. Dan melebarkannya untuk menutupi tubuhku yang sedang bersandar pada kursi dan terpejam. Aku yang tersadar ingin segera membuka mataku, namun aku menghentikannya ketika melihatmu tersenyum menatapku. Matamu terpancar sesuatu yang tidak dapat aku jelaskan. Untung saja kamu tidak sadar kalau aku menunduk, aku akan tetap terlihat sedang memejamkan mata walaupun aku tidak sedang memejamkan mata. Jadi aku masih bisa mel

It's not fine.

Setelah kami putus di bandara setahun lalu, aku mengganti SIM cardku, juga menitipkan pesan pada Kakakku agar kamu tidak lagi menggangguku. Kamu benar-benar tidak muncul satu kalipun dalam satu tahun. Tidak ada kabar darimu, akupun tidak berinisiatif bertanya pada Kakakku, padahal aku hampir tiap malam bertanya pada langit bagaimana kabarmu. Setiap malam aku selalu merindukanmu karena perpisahan kita hanya sebatas ucapan selamat tinggal. Suatu hari di tahun kedua ketika aku sedang mengecek surelku karena alasan tugas, aku melihat surel masuk dari kamu. Kamu mengirimkan surel dengan sebuah video yang menampilkan layar hitam, dan suara orang bernyanyi diiringi gitar. Aku memilih untuk membuka video itu terlebih dahulu. Aku gunakan headset agar tidak didengar oleh siapapun selain aku. Itu suara mu, aku masih mengingatnya dengan jelas. Lagu yang kamu nyanyian kan tidak asing di telingaku. Tapi itu bukan lagu dari band kesukaanmu, karena aku hapal persis semua lagu band kesukaanmu karena it

Not Fine.

     Sudah satu minggu sikapmu berubah menjadi  dingin dengan sangat tiba-tiba. Akhir-akhir ini kamu memang sering menghabiskan waktu bersama dengan temanmu, dibanding denganku. Aku menjadi khawatir, biasanya kamu tidak bersikap begini, kamu selalu ceria dan humoris.     Aku sebenarnya takut, takut hubungan kita berakhir. Tapi sikap dinginmu benar-benar membuatku bingung, membuatku sedih dan sakit. Seperti saat ini ketika aku duduk di hadapanmu dan kamu justru menatapku dengan dingin. Bahkan menurutku segelas cangkir americano yang kini sedang kamu aduk dengan sendok lebih menarik daripada aku.     "Kamu lagi ada masalah?" tanyaku dengan tatapan nanar.     Kamu menggelengkan kepalamu dan tersenyum. Senyumanmu sangat dingin dan kaku. Aku melihat kamu berbeda, sudah tidak lagi seperti dulu. Aku benar-benar bingung harus bersikap seperti apa sekarang.  Kamu tidak baik-baik saja, kamu menyimpan rahasia dariku, ya? Ada yang kamu sembunyikan dariku? Atau ada hal dalam diriku yang m

Selamat ya, kamu hebat!

      Hari ulang tahun adalah hari yang ditunggu semua orang. Apalagi kalau orang itu memiliki banyak teman di sekitarnya. Seperti aku, aku adalah pengurus OSIS di SMA ku. Dan hari ini, tanggal 16 Januari aku berulang tahun. Aku senang karena aku memiliki banyak teman, aku juga senang karena memiliki seorang kekasih yang sangat peduli padaku. Sikapnya yang dingin kepada semua orang itu tidak berlaku untukku. Setiap hari ia selalu menggenggam tanganku, bertanya bagaimana perasaanku hari itu, apa saja hal yang menarik yang terjadi pada hari itu.     Jam dinding di ruang OSIS menunjukkan pukul 5 sore. Aku masih menunggu dia disini sampai dia menyelesaikan kelasnya. Teman-temanku yang lain sudah pamit setelah memberiku kejutan istimewa. Aku menatap layar ponselku, membuka kuncinya, mematikan layarnya, membuka kuncinya lagi, mematikan layarnya lagi, berulang-ulang entah sampai berapa kali. Aku menunggu pesan darinya.     Kini jam sudah menunjukkan pukul 6 sore. Ini mustahil kalau kelasnya b

Aku Mencintaimu

     Masih berada di dalam ruang lingkup yang sama dengan mantan kekasihmu adalah sebuah ujian paling menyebalkan. Entah kenapa dulu aku akhirnya bisa menyukaimu? Kenapa harus kamu yang juga teman sekelasku?     Hal buruknya karena kita ketika masih menjadi sepasang kekasih selalu bersama, entah itu kelompok belajar ataupun kelompok piket. Oleh karena itu setelah putus pun kita masih berada di ruang lingkup yang sama. Akhirnya aku harus bersusah payah untuk membencimu agar dapat melupakanmu.     "Gue bagian belakang, lo depan," katamu sambil berjalan menuju belakang kelas membawa kain pel.     Aku hanya diam, duduk di kursi tempat guru mengajar sambil memainkan ponsel. Sampai akhirnya kamu selesai mengerjakan tugasmu, dan meletakkan kain pel bagianku di sampingku. Kamu terlihat baik-baik saja. Melihatmu yang seperti itu benar-benar seperti kita tidak pernah punya cerita manis di masa lalu. Kamu berjalan keluar kelas membawa tasmu tanpa mengucapkan sepatah kata.     Dengan cep