Aku menjatuhkan tubuhku di kursi cafe sambil menghela nafas.
"Makin mirip panda mata lo, begadang lagi?" tanya kamu sambil menyesap ice americano milikmu.
Aku melirikmu dari ekor mataku, "gue udah dua hari tidur cuma dua jam, editor nerror mulu buat update."
"Masih banyak?"
"Novel pertama masih kurang 18 chapter, novel kedua sama ketiga masih kurang 38 chapter," kataku menghela nafas lalu memejamkan mata.
Kamu ikut menghela nafas, sepertinya prihatin dengan keadaanku. Tak lama kamu melepas jaket yang kamu kenakan dibalik kaos hitammu. Dan melebarkannya untuk menutupi tubuhku yang sedang bersandar pada kursi dan terpejam.
Aku yang tersadar ingin segera membuka mataku, namun aku menghentikannya ketika melihatmu tersenyum menatapku.
Matamu terpancar sesuatu yang tidak dapat aku jelaskan. Untung saja kamu tidak sadar kalau aku menunduk, aku akan tetap terlihat sedang memejamkan mata walaupun aku tidak sedang memejamkan mata. Jadi aku masih bisa melihat dirimu dengan samar.
Bibirmu seperti mengucapkan sesuatu tapi tidak mengeluarkan suara. Dengan jelas aku masih bisa membaca apa yang kamu ucapkan.
"I, like, you." Dengan jelas aku bisa membaca bibirmu.
"It's, been, a, long, time," lanjutmu dengan jelas di setiap kata tanpa suara.
"Do, you, like, me?" Setelah kata terakhir ekspresi wajahmu berubah tersenyum canggung.
Aku membuka mataku dan menatapmu. Dengan cepat kamu mengalihkan tatapanmu dariku.
"Pesenan gue mana?" tanyaku.
Sebenarnya aku terkejut dengan apa yang aku lihat tadi, untung saja aku dulu waktu sekolah pernah ikut ekstrakulikuler teater jadi aku bisa tahu gerakan bibir dengan sangat jelas.
"Lo udah mesen emang?" Kamu bertanya balik sambil menatapku.
Aku terkekeh, "hehe, belum."
Kamu mengetuk dahiku sampai aku meringis.
"Mau pesen apa?" tanyamu sambil berdiri.
"Matcha!!! Pake susu!" ucapku semangat.
Kamu tersenyum lalu berjalan menuju tempat pemesanan.
Komentar
Posting Komentar