Langsung ke konten utama

Selamat ya, kamu hebat!

     Hari ulang tahun adalah hari yang ditunggu semua orang. Apalagi kalau orang itu memiliki banyak teman di sekitarnya. Seperti aku, aku adalah pengurus OSIS di SMA ku. Dan hari ini, tanggal 16 Januari aku berulang tahun. Aku senang karena aku memiliki banyak teman, aku juga senang karena memiliki seorang kekasih yang sangat peduli padaku. Sikapnya yang dingin kepada semua orang itu tidak berlaku untukku. Setiap hari ia selalu menggenggam tanganku, bertanya bagaimana perasaanku hari itu, apa saja hal yang menarik yang terjadi pada hari itu.

    Jam dinding di ruang OSIS menunjukkan pukul 5 sore. Aku masih menunggu dia disini sampai dia menyelesaikan kelasnya. Teman-temanku yang lain sudah pamit setelah memberiku kejutan istimewa. Aku menatap layar ponselku, membuka kuncinya, mematikan layarnya, membuka kuncinya lagi, mematikan layarnya lagi, berulang-ulang entah sampai berapa kali. Aku menunggu pesan darinya.

    Kini jam sudah menunjukkan pukul 6 sore. Ini mustahil kalau kelasnya belum usai juga. Aku harus menghampiri dia di kelasnya. Sambil berusaha menghubungi ponselnya yang tidak aktif, aku berjalan menuju kelasnya yang berada di lantai dua. Aku mengintip dari jendela tidak ada guru disana. Tapi kenapa dia belum pulang? Baiklah, aku akan menunggu sampai dia keluar.

    Kurang lebih sepuluh menit dia keluar kelasnya sambil membawa tas. Dia melihatku, dan aku menyapanya. Dia berjalan lebih dulu, dan aku mengekorinya. Kenapa dia tidak menggenggam tanganku seperti biasanya? Kenapa dia belum mengucapkan selamat ulang tahun? Apa dia lupa bahwa hari ini adalah ulang tahunku?

    Aku terus memanggil namanya untuk memperlambat langkahnya. Karena aku tidak bisa menyeimbangi langkahnya yang lebar itu. Dengan wajah dingin dia menghentikan langkahnya.

    "Kita istirahat dulu ya," ucapnya tiba-tiba membuatku terpaku.

    Istirahat? Apa maksud dari istirahat yang dia ucapkan?

    "Istirahat?" tanyaku bingung.

    Dia menghela nafasnya, "iya istirahat, break, bukan putus." Dia berkata seperti itu tepat di hari ulang tahunku. Aku yang bingung hanya bisa menatapnya nanar.

    "Tapi kenapa?" tanyaku.

    "Aku lagi capek, aku mau fokus olimpiade dulu. Kalo ada kamu, kamu selalu ganggu aku, aku gak bisa tenang, gak bisa fokus." Mengganggu? Jadi selama ini aku mengganggu dia?

    "Aku gak mau istirahat," kataku dengan tatapan kosong, "aku gak akan ganggu kamu, tapi aku gak mau break."

    "Gak bisa. Kita harus break dulu." Dia kekeh lalu pergi meninggalkanku sendiri.

    Dua minggu setelah kejadian itu aku tidak sengaja bertemu dia di kantin. Dia sedang makan bersama dengan seorang perempuan. Perempuan itu menyuapinya sepotong kue dan dia tertawa. Hatiku sakit, siapa perempuan itu? Kenapa mereka terlihat sangat mesra? Bukankah kita hanya beristirahat bukannya mengakhiri?

    Tanpa sadar aku melangkah menuju tempat mereka makan. Aku berdiri di kursi belakangnya. Dia sadar ada seseorang yang berdiri di belakang kursinya, lalu dia menoleh ke belakang. Tawanya langsung hilang, dia menatapku nanar. Aku menatapnya dengan tatapan kosong, mataku memanas, tapi air mataku tidak jatuh. Bagus, seperti itu lebih bagus. Jangan jatuhkan air mata di depan dia.

    Aku tersenyum menatapnya, lalu berkata, "selamat ya, kamu hebat!" kataku sambil menyeringai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Not Fine.

     Sudah satu minggu sikapmu berubah menjadi  dingin dengan sangat tiba-tiba. Akhir-akhir ini kamu memang sering menghabiskan waktu bersama dengan temanmu, dibanding denganku. Aku menjadi khawatir, biasanya kamu tidak bersikap begini, kamu selalu ceria dan humoris.     Aku sebenarnya takut, takut hubungan kita berakhir. Tapi sikap dinginmu benar-benar membuatku bingung, membuatku sedih dan sakit. Seperti saat ini ketika aku duduk di hadapanmu dan kamu justru menatapku dengan dingin. Bahkan menurutku segelas cangkir americano yang kini sedang kamu aduk dengan sendok lebih menarik daripada aku.     "Kamu lagi ada masalah?" tanyaku dengan tatapan nanar.     Kamu menggelengkan kepalamu dan tersenyum. Senyumanmu sangat dingin dan kaku. Aku melihat kamu berbeda, sudah tidak lagi seperti dulu. Aku benar-benar bingung harus bersikap seperti apa sekarang.  Kamu tidak baik-baik saja, kamu menyimpan rahasia dariku, ya? Ada yang kamu sembunyi...

Asing

 "Andre, kamu liat kacamata aku gak?" tanya seorang wanita dengan panik, sambil menutup pintu mobil. Dia menyapu pandangannya ke seluruh sisi mobil, beberapa kali melihat ke kursi belakang, berharap dapat menemukan kacamata yang dicarinya itu. Sedangkan seorang pria yang sedang duduk di balik kursi pengemudi hanya tertawa kecil sambil terus melihat ke layar ponselnya. "Kamu kok malah cengengesan sih? Bukannya bantuin, malah main hp terus," protes wanita itu. Pria itu tiba-tiba menyentuh puncak kepala wanitanya. "Kacamata di kepala aja lupa," ucapnya sambil menurunkan kacamata yang sedari tadi bertengger di kepala wanita itu. Wanita itu terkejut dan tertawa, "Hahaha, sumpah kok aku gak sadar ya?" Dia melihat dirinya di pantulan kaca spion mobil. "Kebiasaan kamu kan, pelupa." Wanita itu tersenyum lebar menatap pria di sampingnya, Pria itu membalas senyumannya sambil menatap dalam mata indah wanita cantik itu. "Dre?" seseorang me...