Langsung ke konten utama

Asing

 "Andre, kamu liat kacamata aku gak?" tanya seorang wanita dengan panik, sambil menutup pintu mobil.

Dia menyapu pandangannya ke seluruh sisi mobil, beberapa kali melihat ke kursi belakang, berharap dapat menemukan kacamata yang dicarinya itu.

Sedangkan seorang pria yang sedang duduk di balik kursi pengemudi hanya tertawa kecil sambil terus melihat ke layar ponselnya.

"Kamu kok malah cengengesan sih? Bukannya bantuin, malah main hp terus," protes wanita itu.

Pria itu tiba-tiba menyentuh puncak kepala wanitanya.

"Kacamata di kepala aja lupa," ucapnya sambil menurunkan kacamata yang sedari tadi bertengger di kepala wanita itu.

Wanita itu terkejut dan tertawa, "Hahaha, sumpah kok aku gak sadar ya?" Dia melihat dirinya di pantulan kaca spion mobil.

"Kebiasaan kamu kan, pelupa."

Wanita itu tersenyum lebar menatap pria di sampingnya,

Pria itu membalas senyumannya sambil menatap dalam mata indah wanita cantik itu.


"Dre?" seseorang menepuk bahunya kencang.

Pria yang dipanggil Dre, lebih tepatnya bernama Andre itu tersentak kaget.

"Kok ada lo Bil?" tanyanya.

Billy menautkan alis, bingung.

"Apaan sih lo? Gue dari tadi disini. Lo kenapa liatin cewek itu terus?" tanya Billy sambil mengarahkan pandangannya ke arah depan.

Ternyata sedari tadi dia melamun.

Ada seorang wanita yang sedang duduk sambil asik mengetik di laptopnya.

Andre menatap sekilas Billy. "Mantan gue."

"Dia mantan lo? Cewek yang lagi ngetik itu?"

Andre mengangguk, "iya."

"Sapa lah," ujar Billy sambil menyenggol bahu Andre.

Andre menggelengkan kepalanya pelan.

"Enggak Bil, udah lama asing. Ini kebetulan aja ketemu setelah dua tahun lamanya gue gak liat dia langsung."

Wanita itu beralih ke ipadnya, terlihat sedang menggambar sesuatu dengan pencilnya. Kemudian dia menyelipkan pencil itu di sela telinganya. Meneguk segelas matcha dingin yang masih penuh di atas mejanya.

Meletakkan gelas itu kembali di samping laptopnya. Lalu dia terlihat bingung, seperti mencari sesuatu.

Andre yang sedari tadi memperhatikannya langsung tersenyum kecil. Dia tahu apa yang dicari wanita itu. Muncul keinginan untuk menghampiri wanita itu untuk memberi tahu dimana letak barang yang sedang wanita itu cari, sambil basa-basi bertanya kabar dan kehidupannya selama dua tahun tidak bertemu itu.

Dia sudah mengambil ancang-ancang untuk berdiri dan menghampiri wanita itu. Namun, tiba-tiba seorang pria asing yang tidak dia kenal menghampiri meja wanita itu, dan duduk di depannya.

Pria asing itu meraih pencil yang ada di sela telinga wanita itu. Kemudian mereka tertawa bersama.

Andre mendadak beku. Dia bahkan lupa caranya kembali duduk untuk sesaat.

Billy yang sadar akan hal itu langsung membantu Andre untuk kembali duduk dengan menarik lengannya.

"Udah Dre, posisi lo udah diisi orang lain," kata Billy. Singkat, tapi tepat menembak jantungnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Not Fine.

     Sudah satu minggu sikapmu berubah menjadi  dingin dengan sangat tiba-tiba. Akhir-akhir ini kamu memang sering menghabiskan waktu bersama dengan temanmu, dibanding denganku. Aku menjadi khawatir, biasanya kamu tidak bersikap begini, kamu selalu ceria dan humoris.     Aku sebenarnya takut, takut hubungan kita berakhir. Tapi sikap dinginmu benar-benar membuatku bingung, membuatku sedih dan sakit. Seperti saat ini ketika aku duduk di hadapanmu dan kamu justru menatapku dengan dingin. Bahkan menurutku segelas cangkir americano yang kini sedang kamu aduk dengan sendok lebih menarik daripada aku.     "Kamu lagi ada masalah?" tanyaku dengan tatapan nanar.     Kamu menggelengkan kepalamu dan tersenyum. Senyumanmu sangat dingin dan kaku. Aku melihat kamu berbeda, sudah tidak lagi seperti dulu. Aku benar-benar bingung harus bersikap seperti apa sekarang.  Kamu tidak baik-baik saja, kamu menyimpan rahasia dariku, ya? Ada yang kamu sembunyi...

Selamat ya, kamu hebat!

      Hari ulang tahun adalah hari yang ditunggu semua orang. Apalagi kalau orang itu memiliki banyak teman di sekitarnya. Seperti aku, aku adalah pengurus OSIS di SMA ku. Dan hari ini, tanggal 16 Januari aku berulang tahun. Aku senang karena aku memiliki banyak teman, aku juga senang karena memiliki seorang kekasih yang sangat peduli padaku. Sikapnya yang dingin kepada semua orang itu tidak berlaku untukku. Setiap hari ia selalu menggenggam tanganku, bertanya bagaimana perasaanku hari itu, apa saja hal yang menarik yang terjadi pada hari itu.     Jam dinding di ruang OSIS menunjukkan pukul 5 sore. Aku masih menunggu dia disini sampai dia menyelesaikan kelasnya. Teman-temanku yang lain sudah pamit setelah memberiku kejutan istimewa. Aku menatap layar ponselku, membuka kuncinya, mematikan layarnya, membuka kuncinya lagi, mematikan layarnya lagi, berulang-ulang entah sampai berapa kali. Aku menunggu pesan darinya.     Kini jam sudah menunjukkan pukul 6 s...