Langsung ke konten utama

Cerita Dari Mimpi (Pamit)

Semalam kau datang lewat mimpi.
Padahal sudah lama kita tidak saling sapa.
Kau dengan dunia barumu, aku juga.

Kau masih ingat aku takut hantu.
Sifat jahilmu kembali muncul, kau ambil kain putih, lalu kau tutupi kepalamu.

Dengan ekspresi konyol yang menurutku tidak seram, hanya saja keadaan saat itu malam hari, membuat bulu kudukku berdiri.
Kau mendekat kepadaku, berharap aku teriak atau kabur darimu.

Tapi tidak, aku justru memasang wajah datar menanggapi tingkah lakumu. Padahal, jantung seperti ingin melompat keluar.

"Deg-degan ya?" tebakannya tepat sasaran.

"Enggak, jayus banget," kilahku.

"Cih, berkilah. Masih aja takut hantu. Padahal udah aku motivasi berkali-kali lawan rasa takutmu."

"Siapa yang takut hantu??" Pertanyaan ini terdengar seperti aku menantang ya? Dasar.

"Padahal hantu juga males deketin kamu, mukamu kan gak ada ekspresinya. Justru bisa jadi mereka yang takut kamu."

Aku memutar bola mataku malas, mengalihkan wajah dari tatapannya yang seperti merendahkan orang itu.

"Kalau kamu masih takut hantu, berarti kamu takut padaku dong?"

"Maksudmu, kamu hantu?" Aku menahan tawaku.

Kini dia yang menatapku datar, sambil menyipitkan matanya, dan mengerucutkan bibirnya.

Setelah itu aku terbangun dari tidurku. Rasa rindu tiba-tiba muncul, bersama dengan pertanyaan apa maksud dari mimpi itu.

Hari ini kuliahku berjalan seperti biasanya. Tapi saat mata kuliah kedua, dosennya tidak masuk, alhasil waktu kosong itu aku gunakan untuk berpikir, iya benar, masih tentang apa maksud dari mimpi semalam.

Aku asik melamun, sambil kembali mengingat mimpi yang sudah pudar itu. Tanpa sadar ponselku terus bergetar tak henti.

"Aku ramal hapemu ramai sama grup." Suara wanita membuyarkan lamunanku.

Aku menatapnya bingung, ia menunjuk ponselku yang ada di atas meja dengan dagu, dan aku segera mengikuti arahnya.

Ku raih ponselku, lebih dari lima puluh pesan dan beberapa panggilan tak terjawab dari temanku.

Ada apa ya? Tidak seperti biasanya.

"Bagaimana ramalanku? Jangan ragu bilang kalau itu benar." Wanita tadi yang merupakan teman dekatku masih duduk di kursi sampingku.

"Kalau salah? Teraktir aku bakso ya?" godaku.

Ia berdecih, "Tijus aja kek, aku lagi miskin."

"Emang biasanya kaya?"

"Ya enggak, haha,"
"Eh, itu hapemu gak mau liat kenapa banyak chat?"

Oh iya aku sampai lupa. Aku lihat semua pesan yang masuk. Jariku berhenti, saat membaca salah satu pesan dari seorang teman lamaku. Selain jari tanganku, atmosfer sekelilingku juga ikut berubah, seperti semua suara hilang, berganti keheningan, dan semua oksigen berkurang, membuatku sesak nafas. Semua tulang di tubuhku seperti meremuk dengan kompak, aku tidak berdaya, walaupun hanya untuk mengangkat kepala.

Ku letakkan kepalaku di atas meja. Maaf meja, kamu basah karena tersiram air mataku.

"Kamu kenapa??" tanya teman di sebelahku dengan panik.

Aku sedang tidak baik-baik saja. Aku ingin berkata seperti itu, tapi suaraku seperti terhalang tebing kokoh. Aku hanya bisa menjawab dengan air mata.

Teman-teman, dia yang semalam hadir dalam mimpiku, ternyata hari ini pergi dari duniaku. Akhirnya aku tahu arti dari mimpi semalam, ucapan perpisahan secara tidak langsung, sangat halus sekali, sampai aku saja menanggapinya di mimpi itu dengan tawa.

Semua kenangan terakhir bersamanya seperti otomatis terputar di otakku. Di dalam kereta yang ramai, ia duduk di sebelahku, sambil meminjam ponselku ia tak berhenti tersenyum.

"Ngapain nih? Aneh-aneh deh, males lah," kataku sambil mencoba merebut kembali ponselku dari tangannya.

Ia menghindar, "Enggak aneh-aneh kok. Ini tuh penting banget."

"Penting apaan?"

Ia menatap tepat ke dalam mataku. Dengan wajah seriusnya, ia berkata, "Kalau nanti suatu hari kamu merindukan seseorang yang sudah tidak lagi berada di duniamu. Selain do'a, foto adalah cara jitu melepas rindu."

Aku terdiam, bingung kenapa dia tiba-tiba berkata seperti itu?

"Jadi aku kirim semua foto kita berdua, hehe. Pinter kan? Sama-sama."

"Hah? Apaansih, emang kita punya foto berdua??"

Karena seingatku, kami tidak pernah foto hanya berdua. Eh, pernah deh, hanya sekali, itu juga karena mendapat tantangan dari teman sekelas kami.

"Maaf ya, aku ini orangnya sangat inisiatif. Jadi setiap ada foto bersama, dimana ada kamu, disitu pasti ada aku. Posisinya juga dekat, jadi kalau mau di-crop gak usah ribet-ribet." Ia memperlihatkan salah satu foto kami hasil crop-nya.

Aku menutup mulutku, andai jarak kami dekat, aku pasti akan berlari menuju pemakamanmu.

Komentar

  1. Jadi ini kisah nyata re? Wkwk

    BalasHapus
  2. Kak aku salah paham nih wkwk gak tau jenis kelamin orang yg dateng ke mimpi :v

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buat apaan? Wkwkwk apa yg kamu bayangin waktu baca, yaudah jadiin wkwk maksudnya yaudah itu dia. Kan kamu yg mainin cerita ini dalem pikiran kamu :")

      Hapus
    2. Kalo dari sudut pandang penulis dia cowok/cewek?

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Not Fine.

     Sudah satu minggu sikapmu berubah menjadi  dingin dengan sangat tiba-tiba. Akhir-akhir ini kamu memang sering menghabiskan waktu bersama dengan temanmu, dibanding denganku. Aku menjadi khawatir, biasanya kamu tidak bersikap begini, kamu selalu ceria dan humoris.     Aku sebenarnya takut, takut hubungan kita berakhir. Tapi sikap dinginmu benar-benar membuatku bingung, membuatku sedih dan sakit. Seperti saat ini ketika aku duduk di hadapanmu dan kamu justru menatapku dengan dingin. Bahkan menurutku segelas cangkir americano yang kini sedang kamu aduk dengan sendok lebih menarik daripada aku.     "Kamu lagi ada masalah?" tanyaku dengan tatapan nanar.     Kamu menggelengkan kepalamu dan tersenyum. Senyumanmu sangat dingin dan kaku. Aku melihat kamu berbeda, sudah tidak lagi seperti dulu. Aku benar-benar bingung harus bersikap seperti apa sekarang.  Kamu tidak baik-baik saja, kamu menyimpan rahasia dariku, ya? Ada yang kamu sembunyi...

Asing

 "Andre, kamu liat kacamata aku gak?" tanya seorang wanita dengan panik, sambil menutup pintu mobil. Dia menyapu pandangannya ke seluruh sisi mobil, beberapa kali melihat ke kursi belakang, berharap dapat menemukan kacamata yang dicarinya itu. Sedangkan seorang pria yang sedang duduk di balik kursi pengemudi hanya tertawa kecil sambil terus melihat ke layar ponselnya. "Kamu kok malah cengengesan sih? Bukannya bantuin, malah main hp terus," protes wanita itu. Pria itu tiba-tiba menyentuh puncak kepala wanitanya. "Kacamata di kepala aja lupa," ucapnya sambil menurunkan kacamata yang sedari tadi bertengger di kepala wanita itu. Wanita itu terkejut dan tertawa, "Hahaha, sumpah kok aku gak sadar ya?" Dia melihat dirinya di pantulan kaca spion mobil. "Kebiasaan kamu kan, pelupa." Wanita itu tersenyum lebar menatap pria di sampingnya, Pria itu membalas senyumannya sambil menatap dalam mata indah wanita cantik itu. "Dre?" seseorang me...

Selamat ya, kamu hebat!

      Hari ulang tahun adalah hari yang ditunggu semua orang. Apalagi kalau orang itu memiliki banyak teman di sekitarnya. Seperti aku, aku adalah pengurus OSIS di SMA ku. Dan hari ini, tanggal 16 Januari aku berulang tahun. Aku senang karena aku memiliki banyak teman, aku juga senang karena memiliki seorang kekasih yang sangat peduli padaku. Sikapnya yang dingin kepada semua orang itu tidak berlaku untukku. Setiap hari ia selalu menggenggam tanganku, bertanya bagaimana perasaanku hari itu, apa saja hal yang menarik yang terjadi pada hari itu.     Jam dinding di ruang OSIS menunjukkan pukul 5 sore. Aku masih menunggu dia disini sampai dia menyelesaikan kelasnya. Teman-temanku yang lain sudah pamit setelah memberiku kejutan istimewa. Aku menatap layar ponselku, membuka kuncinya, mematikan layarnya, membuka kuncinya lagi, mematikan layarnya lagi, berulang-ulang entah sampai berapa kali. Aku menunggu pesan darinya.     Kini jam sudah menunjukkan pukul 6 s...