Masih berada di dalam ruang lingkup yang sama dengan mantan kekasihmu adalah sebuah ujian paling menyebalkan. Entah kenapa dulu aku akhirnya bisa menyukaimu? Kenapa harus kamu yang juga teman sekelasku?
Hal buruknya karena kita ketika masih menjadi sepasang kekasih selalu bersama, entah itu kelompok belajar ataupun kelompok piket. Oleh karena itu setelah putus pun kita masih berada di ruang lingkup yang sama. Akhirnya aku harus bersusah payah untuk membencimu agar dapat melupakanmu.
"Gue bagian belakang, lo depan," katamu sambil berjalan menuju belakang kelas membawa kain pel.
Aku hanya diam, duduk di kursi tempat guru mengajar sambil memainkan ponsel. Sampai akhirnya kamu selesai mengerjakan tugasmu, dan meletakkan kain pel bagianku di sampingku. Kamu terlihat baik-baik saja. Melihatmu yang seperti itu benar-benar seperti kita tidak pernah punya cerita manis di masa lalu. Kamu berjalan keluar kelas membawa tasmu tanpa mengucapkan sepatah kata.
Dengan cepat aku menyelesaikan tugas piketku, agar tidak tertinggal kereta. Karena kereta di sore hari sangat penuh dan jarang. Aku berlari kencang untuk sampai di stasiun kereta. Untung saja aku tepat waktu, kereta datang ketika aku sampai di koridor stasiun.
Gerbong kereta benar-benar penuh dengan manusia. Aku memaksa masuk walaupun berdesakkan, nanti juga aku harus berganti kereta, jadi sabar untuk waktu yang sebentar tidak masalah.
Kereta akhirnya berhenti di stasiun tempatku transit. Dari jendela kereta aku melihatmu sedang bersandar pada pilar stasiun sambil memakai headset. Ah, tiba-tiba kenangan masa lalu terlintas. Kita setiap hari berangkat dan pulang sekolah bersama, saling menunggu dan masuk ke dalam gerbong yang sama. Lalu bercengkrama sampai menyalahkan waktu karena berjalan terlalu cepat.
Sejak kamu meninggalkanku aku merasa duniaku seperti terhenti, semua sudah berakhir. Aku mencintaimu, masih sama seperti dulu. Padahal aku sangat ingin membencimu. Kini aku lebih membencimu karena aku tidak bisa membencimu. Aku sudah berusaha keras untuk menghapusmu dari hatiku. Tapi aku tidak bisa, faktanya aku tidak bisa menghapusmu dari hatiku. Aku selalu menghindarimu tapi kamu selalu berada di radarku. Salahkan kakiku yang kini berjalan di tengah keramaian untuk menghampirimu.
Aku sengaja berdiri di hadapanmu. Kamu menyadari itu, dan melepas headsetmu.
"Hm?" Seolah kamu bertanya ada perlu apa aku berdiri di hadapanmu.
Aku juga tidak tahu kenapa sekarang aku berdiri di hadapanmu.
"Minggu depan gue bagian nyapu aja." Aku tahu apa yang aku ucapkan itu membuatu seperti orang bodoh. Tidak masuk akal sama sekali, aku tahu.
Kamu menganggukkan kepala dan memasang headsetmu kembali sambil berkata, "oh." Dan kemudian berjalan meninggalkanku.
Komentar
Posting Komentar