Langsung ke konten utama

Bumi dan Langit #1

Halo, namaku Bumi.

Satu tahun yang lalu, aku bertemu dengan seseorang yang bernama Langit. Perkenalan kami singkat, karena saat itu kami sedang menunggu antrian pendaftaran kampus.

"Kamu lagi nunggu antrean juga?" tanyanya saat aku sedang duduk sambil menatap kertas nomor antrianku.

Aku mengangguk, "Iya."

"Namaku Langit, kamu?"

"Bumi." Kemudian nomor antrianku disebutkan, dan aku langsung pamit pergi, "duluan ya."

Ia mengangguk dan tersenyum.

Lama setelah itu kami dipertemukan kembali, dalam satu kelas, tidak disangka.

Langit, belum genap seminggu aku mengenalnya, aku sudah dapat menilai bahwa ia anak yang sangat terbuka alias baru mengenalku saja ia sudah berani menceritakan kisah hidupnya.

Berbeda denganku yang sangat tertutup soal kisahku.

Kami sering hangout, sekedar menikmati kopi sambil memandang langit senja Ibu Kota.

Darinya, aku mencoba belajar merubah sikap burukku. Entah apa yang merasuki pikiranku. Sampai-sampai, aku merasa bahwa semesta mempertemukanku dengan Langit dengan tujuan untuk merubah kepribadianku.

Aku tipe orang yang tidak terlalu peduli dengan keadaan sekitar, aku tidak peduli orang lain bertindak apa. Yang aku pedulikan hanya, aku nyaman dengan semua yang kulakukan.

Aku nyaman sendirian, aku lebih suka sendiri dibanding harus bersosialisasi. Ribet, rusuh, ramai, aku tidak suka kebisingan.

Tapi, tidak jarang aku merasakan sepi. Sepi yang berekepanjangan, sampai membuat aku berpikir, apa semesta tidak membiarkan satu orang saja yang tidak menyerah atasku?

19 tahun aku hidup, ini pertama kalinya aku bertemu seseorang yang selama ini kupikir takkan pernah ada. Seperti cermin, terkadang cembung, terkadang juga cekung, sering juga datar.

Langit, dia sosok yang sedari tadi aku ceritakan.

Dia tidak pernah menyerah atasku, dia selalu membuat aku jengkel, tapi jengkel dalam hal berbeda, aku jengkel dia tidak menyerah. Sampai akhirnya aku yang keluar dari zona nyaman.

Sudah hampir jam 12 malam, ceritanya esok hari akan aku lanjutkan, sekarang kalian tidurlah, jangan menunggu hal yang tidak akan terjadi.

Jangan menyakiti diri sendiri dengan tetap terjaga sampai pagi ya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Not Fine.

     Sudah satu minggu sikapmu berubah menjadi  dingin dengan sangat tiba-tiba. Akhir-akhir ini kamu memang sering menghabiskan waktu bersama dengan temanmu, dibanding denganku. Aku menjadi khawatir, biasanya kamu tidak bersikap begini, kamu selalu ceria dan humoris.     Aku sebenarnya takut, takut hubungan kita berakhir. Tapi sikap dinginmu benar-benar membuatku bingung, membuatku sedih dan sakit. Seperti saat ini ketika aku duduk di hadapanmu dan kamu justru menatapku dengan dingin. Bahkan menurutku segelas cangkir americano yang kini sedang kamu aduk dengan sendok lebih menarik daripada aku.     "Kamu lagi ada masalah?" tanyaku dengan tatapan nanar.     Kamu menggelengkan kepalamu dan tersenyum. Senyumanmu sangat dingin dan kaku. Aku melihat kamu berbeda, sudah tidak lagi seperti dulu. Aku benar-benar bingung harus bersikap seperti apa sekarang.  Kamu tidak baik-baik saja, kamu menyimpan rahasia dariku, ya? Ada yang kamu sembunyi...

Asing

 "Andre, kamu liat kacamata aku gak?" tanya seorang wanita dengan panik, sambil menutup pintu mobil. Dia menyapu pandangannya ke seluruh sisi mobil, beberapa kali melihat ke kursi belakang, berharap dapat menemukan kacamata yang dicarinya itu. Sedangkan seorang pria yang sedang duduk di balik kursi pengemudi hanya tertawa kecil sambil terus melihat ke layar ponselnya. "Kamu kok malah cengengesan sih? Bukannya bantuin, malah main hp terus," protes wanita itu. Pria itu tiba-tiba menyentuh puncak kepala wanitanya. "Kacamata di kepala aja lupa," ucapnya sambil menurunkan kacamata yang sedari tadi bertengger di kepala wanita itu. Wanita itu terkejut dan tertawa, "Hahaha, sumpah kok aku gak sadar ya?" Dia melihat dirinya di pantulan kaca spion mobil. "Kebiasaan kamu kan, pelupa." Wanita itu tersenyum lebar menatap pria di sampingnya, Pria itu membalas senyumannya sambil menatap dalam mata indah wanita cantik itu. "Dre?" seseorang me...

Selamat ya, kamu hebat!

      Hari ulang tahun adalah hari yang ditunggu semua orang. Apalagi kalau orang itu memiliki banyak teman di sekitarnya. Seperti aku, aku adalah pengurus OSIS di SMA ku. Dan hari ini, tanggal 16 Januari aku berulang tahun. Aku senang karena aku memiliki banyak teman, aku juga senang karena memiliki seorang kekasih yang sangat peduli padaku. Sikapnya yang dingin kepada semua orang itu tidak berlaku untukku. Setiap hari ia selalu menggenggam tanganku, bertanya bagaimana perasaanku hari itu, apa saja hal yang menarik yang terjadi pada hari itu.     Jam dinding di ruang OSIS menunjukkan pukul 5 sore. Aku masih menunggu dia disini sampai dia menyelesaikan kelasnya. Teman-temanku yang lain sudah pamit setelah memberiku kejutan istimewa. Aku menatap layar ponselku, membuka kuncinya, mematikan layarnya, membuka kuncinya lagi, mematikan layarnya lagi, berulang-ulang entah sampai berapa kali. Aku menunggu pesan darinya.     Kini jam sudah menunjukkan pukul 6 s...