Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2019

Waktu Yang Salah

Namaku April Shalsabila, umur 17 tahun. Kelas 2 SMA. Hobiku bermain gitar, dan mendengarkan musik indie. "Pril, pulang sekolah ada pertandingan futsal disini. Mau nonton gak?" tanya Melani, sahabatku. "Gak minat, aku mau latihan," jawabku. Melani mendekat ke arahku, lalu merangkul. "Kamu gak bosen jomblo mulu?" Aku mengerutkan dahi, untuk apa dia bertanya seperti itu? Aku bukan jomblo. Tapi memilih untuk sendiri, aku nyaman dengan kesendirianku ini. Lebih bebas, tidak terikat apapun. "Hari ini yang main ganteng-ganteng tauu." Aku menggelengkan kepala, tetap tidak. Aku tidak tertarik menonton permainan futsal. Hm, aku tidak suka melihat laki-laki bermain futsal. Ada kejadian yang membuat aku trauma, terjadi sama Abangku. "Gak deh Mel, aku duluan ya," pamitku. "Prilll, yahh. Gak seru kamu!" Sambil berjalan keluar gedung sekolah. Aku memasang earphone di kedua telingaku. Mendengarkan musik di sore-sore sepert...

Rindu

Pagi ini, cuaca sangat terik. Rasanya kaki sangat berat melangkah ke tengah lapangan untuk mengikuti upacara bendera. Tapi seluruh siswa sudah berkumpul dan berbaris dengan rapih. "Ayo." Seseorang menggenggam telapak tanganku, membawaku masuk ke dalam barisan. Dia Alena, kami duduk sebangku di kelas. "Lo di depan," katanya sambil sedikit mendorong bahuku. "Tap-pi," raguku. Biasanya kalau baris-berbaris aku memang selalu berada di paling depan. Selain postur tubuhku yang mungil, aku juga lebih suka di depan karena bisa melihat jalannya upacara dengan jelas. Tapi tidak untuk hari ini. Rasanya berbeda, tubuhku seperti menolak untuk berada di paling depan. "Maaf, tapi gue kedua aja deh," pintaku pada teman yang berada di belakangku. Untung saja temanku itu menurut, ia langsung mengubah posisi berdiri di hadapanku, dan aku bergegas mundur. Alena menatapku bingung. Entahlah, aku merasa ada yang berbeda dengan tubuhku hari ini. "Udah sara...

JANUARI

Jeritan Ibu sudah bisa aku dengar. Aku dapat merasakan kehangatan dunia berkatnya. Namun mataku masih saja tertutup. Untuk membuka mata sangatlah sulit. Aku tidak mau mengecewakan Ibu, aku akan terus mencoba. Rasanya sangat sulit, tapi akhirnya aku berhasil Inilah awal ceritaku di dunia.

Resikomu

Dulu, sebelum kau memasuki cerita ini. Aku sudah pernah berkata, "Harus terima resiko saat kamu berani menyukai seorang penulis." Karena namamu dan cerita tentangmu. Akan terus terabadikan dalam tulisanku. Walaupun kita sudah tidak bersama. Walaupun kita sudah bukan aku dan kamu. Jangan lelah menyukai seseorang sepertiku. Jangan lelah berbagi cerita bersamaku. Jangan lelah menebar kerecehan denganku. Jangan tiba-tiba pergi sendiri. Saat aku sedang menunggumu. Pamitlah baik-baik. Aku tidak marah. Sesungguhnya tidak ada orang yang jahat di dunia ini. Yang ada hanya orang yang salah. Aku selalu menerima dan mendukung semua keputusanmu. Kau ingin membuat cerita bersama orang lain pun aku tak apa. Percayalah, aku selalu mendukungmu dari jauh. Asal kau bicara baik-baik padaku. Jangan tiba-tiba pergi dan hilang dari radarku.